
Bandar Lampung, 13 Agustus 2025 – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Lampung yang bertugas di Desa Sukarame II menghadirkan inovasi ramah lingkungan dengan memanfaatkan limbah kulit kolang-kaling menjadi kompos organik. Program ini digagas sebagai solusi terhadap permasalahan lingkungan yang timbul akibat penumpukan limbah kulit kolang-kaling pasca musim panen.
Di Kelurahan Sukarame II, ditemukan permasalahan lingkungan berupa banyaknya limbah kulit kolang-kaling yang dibuang begitu saja tanpa dimanfaatkan.Limbah ini berasal dari proses pengolahan buah kolang-kaling oleh warga, khususnya saat musim panen. Sebagian limbah bahkan hanya ditumpuk di lahan terbuka sehingga menimbulkan bau tidak sedap dan berpotensi menjadi sumber pencemaran lingkungan. Saat dilakukan pengamatan di lapangan, terdapat tumpukan limbah kulit kolang-kaling yang telah dibiarkan selama kurang lebih 1,5 hingga 2 tahun. Setelah diperiksa, tumpukan tersebut telah mengalami proses penguraian alami dan berubah menjadi kompos yang cukup matang. Temuan ini menunjukkan bahwa limbah kulit kolang-kaling memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan kembali, khususnya sebagai pupuk organik yang ramah lingkungan.
Melihat potensi tersebut, kami berinisiatif mengolah kompos alami ini agar dapat digunakan secara maksimal oleh warga. Proses pengolahan dilakukan dengan mencampurkan kompos dari limbah kolang-kaling dengan tanah dalam perbandingan yang sesuai, sehingga menghasilkan media tanam yang subur dan siap pakai. Media tanam ini kemudian digunakan untuk menanam bibit cabai dan terong. Pemilihan kedua jenis tanaman tersebut mempertimbangkan bahwa cabai dan terong merupakan komoditas yang sering dibudidayakan oleh warga, bernilai ekonomi, serta mudah dirawat di pekarangan rumah.
Tidak hanya berhenti pada tahap uji coba penanaman, hasil pembibitan yang telah tumbuh sehat kemudian dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Dengan langkah ini, warga tidak hanya mendapat manfaat berupa bibit cabai dan terong siap tanam, tetapi juga memperoleh pengetahuan praktis tentang pemanfaatan limbah organik sebagai pupuk. Hal ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah organik yang benar, sekaligus membuka peluang untuk mengembangkan pertanian rumah tangga yang produktif.
Selain berdampak pada pengurangan limbah, kegiatan ini juga membawa nilai tambah berupa peningkatan kemandirian pangan keluarga. Warga dapat memanfaatkan hasil panen untuk kebutuhan sehari-hari, atau menjadikannya sebagai sumber pendapatan tambahan. Dengan begitu, manfaat yang dirasakan tidak hanya dari sisi lingkungan, tetapi juga dari sisi ekonomi dan sosial.
Secara keseluruhan, program pemanfaatan limbah kolang-kaling menjadi pupuk kompos ini diharapkan dapat menjadi contoh nyata praktik pengelolaan lingkungan yang kreatif, bermanfaat, dan berkelanjutan. Jika dikelola dengan baik, upaya ini berpotensi memperkuat ketahanan pangan lokal serta menumbuhkan budaya peduli lingkungan di masyarakat Kelurahan Sukarame II.

