
Bandar Lampung 4 Agustus 2025 — Pagi yang cerah di halaman Kantor Kecamatan Way Halim menjadi saksi rangkaian kegiatan produktif yang diprakarsai oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Lampung (Unila). Selain apel pagi yang menjadi pemantik semangat, para mahasiswa melakukan penyusunan buku panduan TOGA (Tanaman Obat Keluarga) dan bekerja gotong-royong mengumpulkan bekas kelapa muda untuk diolah menjadi elemen dekoratif inovatif pada lahan yang akan ditanami tanaman obat keluarga di Kelurahan Way Halim Permai.
Kegiatan hari itu memadukan aspek organisasi, edukasi, pelestarian kearifan lokal, dan kreativitas lingkungan. Seluruh agenda dilaksanakan dengan melibatkan perangkat kelurahan, tokoh masyarakat, beberapa kader kesehatan, serta relawan lokal, menjadikan program ini contoh sinergi kampus–komunitas dalam pengembangan ketahanan kesehatan lokal.
Apel Pagi: Penyamaan Visi dan Pembagian Tugas
Kegiatan dibuka dengan apel pagi yang diikuti oleh seluruh anggota tim KKN, serta staf Kecamatan dan Kelurahan. Apel berlangsung singkat namun padat.
Kegiatan apel kecamatan biasanya meliputi peringatan sesuai formasi, penghormatan kepada pembina apel, sambutan atau arahan dari pimpinan, serta penutup. Dalam beberapa kesempatan, apel ini juga menjadi ajang untuk menyampaikan penghargaan, apresiasi, atau pengumuman penting bagi warga kecamatan.
kegiatan ini bertujuan untuk:
- Menyampaikan arahan, informasi, atau kebijakan dari pimpinan kecamatan kepada seluruh peserta.
- Mempererat koordinasi antarinstansi dan perangkat daerah di wilayah kecamatan.
- Menanamkan kedisiplinan, tanggung jawab, dan semangat kerja.

Menyusun Buku Panduan TOGA: Dari Inventarisasi Hingga Prinsip Pengolahan Aman
Setelah apel, kelompok penyusun panduan memulai lokakarya singkat. Tujuan utama buku panduan ini adalah menyediakan satu referensi praktis bagi warga Way Halim Permai untuk mengenali tanaman obat keluarga lokal, memanfaatkan bagian tanaman dengan aman, serta mengolahnya menjadi bentuk tradisional yang umum digunakan sebagai obat tradisional karena dinilai lebih alami dan aman dikonsumsi jangka panjang. Buku panduan ini dibuat sesuai dengan keluhan-keluhan yang sering dialami oleh masyarakat seperti sakit kepala, sakit pinggang, masuk angin, diare, asam lambung, dan lain-lain.
Langkah-langkah penyusunan buku panduan:
- Inventarisasi Tanaman Lokal (TOGA):
Tim mencatat spesies TOGA yang mudah didapat di lingkungan setempat contoh kategori umum yang dicantumkan dalam panduan: jahe, kunyit, kencur, serai, daun sirih, temulawak, dan daun sirih. Untuk setiap tanaman dicantumkan kegunaan tradisional yang umum. - Prinsip Umum Pengolahan Tradisional (Disajikan Aman—tanpa resep dosis rinci):
Dalam buku, dijelaskan metode pengolahan tradisional secara umum:- Penyajian luar (topikal): pembuatan poultice/kompres dari tumbukan segar, penggunaan lulur/tapelan untuk luka kecil (dengan penekanan untuk tidak digunakan pada luka terbuka yang parah).
- Seduhan (infus): perendaman daun halus dalam air panas untuk mendapatkan cairan yang diminum sebagai minuman pendukung (tanpa rekomendasi dosis spesifik).
- Rebusan (decoction): penggunaan rimpang/akar yang direbus untuk mengambil senyawa yang larut dalam air; dicantumkan sebagai metode tradisional dengan catatan keselamatan.
- Ekstrak topikal & salep sederhana: prinsip pembuatan salep menggunakan bahan base (mis. minyak nabati dan bee wax) untuk aplikasi luar—diberi catatan agar bahan hanya digunakan secara luar.
- Pengeringan dan penyimpanan: teknik sederhana mengeringkan daun/rimpang agar tahan lama; aturan kebersihan dan penyimpanan di tempat kering, terlindung dari hama.
- Standar Kebersihan dan Kualitas:
Panduan memuat prinsip kebersihan pengolahan: cuci tangan, pembersihan alat, pengeringan sempurna, dan identifikasi tanaman yang benar. - Rencana Distribusi:
Buku panduan akan dicetak sebagai booklet sederhana, diserahkan ke warga setempat sebagai buku pegangan untuk keadaan darurat atau apabila dibutuhkan

Pengambilan Bekas Kelapa Muda: Dari Limbah Jadi Dekorasi Edukatif
Sementara tim lain mengerjakan panduan, kelompok yang bertugas menyiapkan lahan melakukan kegiatan pengumpulan bekas kelapa muda (tempurung/gelas batok) yang menjadi bahan alami untuk dekorasi lahan TOGA. Ide ini muncul dari prinsip zero waste—memanfaatkan limbah organik yang tersedia untuk fungsi estetis dan fungsional di area tanam.
Mengapa bekas kelapa muda?
- Sumber lokal dan berbiaya rendah: bahan mudah didapat di pasar tradisional dan rumah tangga.
- Sifat tahan lama secara alami: batok kelapa relatif kuat dan tahan cuaca sehingga cocok untuk aplikasi dekoratif luar ruangan.
- Multifungsi: digunakan sebagai pot mini, border bed tanaman, label alami, atau elemen penahan erosi kecil.
Aktivitas pengumpulan dan pengolahan:
- Pengumpulan terkoordinasi: Mahasiswa berkeliling menampung bekas kelapa muda dari warga yang biasa membuat es kelapa muda.
- Pembersihan dan pengeringan: batok dibersihkan dari sisa daging/air kelapa, dikeringkan di bawah sinar matahari sampai kering untuk mencegah jamur.
- Kreasi dekoratif: siswa KKN dan warga bekerja sama menyusun batok sebagai border bed kecil.
- Nilai edukatif: setiap elemen diberi label yang terbuat dari papan kecil dengan nama tanaman, manfaat singkat, dan tanggal tanam sehingga tranformasi lahan menjadi sarana pembelajaran.
Kreasi dekoratif ini bertujuan meningkatkan estetika lahan TOGA sehingga menarik minat warga, anak sekolah, dan pengunjung untuk belajar tentang tanaman obat. Selain itu, penggunaan bahan lokal mengurangi biaya dan memperkuat pesan keberlanjutan.

Persiapan Lahan TOGA: Pendekatan Agro-ekologi Ringkas
Seiring dengan pembuatan panduan dan kreasi dekorasi, tim persiapan lahan melakukan pekerjaan teknis ringan: pembersihan lahan, pembuatan bed tanam, pemupukan organik dasar, dan penyiapan naungan parsial untuk spesies yang memerlukan sinar sedang. Beberapa prinsip yang diterapkan:
- Analisis visual kondisi lahan: memeriksa drainase, paparan sinar, dan keasaman tanah umum (indikator visual seperti pertumbuhan gulma, warna tanah).
- Penambahan bahan organik: kompos rumah tangga dan pupuk kandang sederhana ditambahkan untuk meningkatkan struktur tanah.
- Jalur tanam dan jarak tanam: dirancang agar setiap tanaman mendapat sirkulasi udara cukup dan kemudahan perawatan.
- Perancangan jalur edukatif: dibuat jalan setapak kecil, papan informasi, dan titik observasi agar pengunjung bisa belajar tanpa merusak tanaman.
Mahasiswa juga melibatkan warga dalam semua tahapan sehingga pengetahuan teknis dapat ditransfer dan keberlanjutan pemeliharaan lahan terjamin setelah program KKN selesai.