
Sawah Brebes, 27 Juli 2025. Di tengah gemuruh modernisasi dan kuliner kekinian yang semakin menjamur, Sekubal tetap hadir sebagai simbol kuliner warisan leluhur masyarakat Lampung. Makanan tradisional ini masih dijaga eksistensinya oleh masyarakat, terutama pada momen-momen istimewa seperti Hari Raya, syukuran keluarga, hingga kegiatan budaya.
Sekubal terbuat dari beras ketan yang dimasak bersama santan, kemudian dibungkus rapi dengan daun pisang dan dikukus hingga matang. Proses pembuatannya yang memakan waktu tidak membuat masyarakat Lampung melupakannya—justru menjadi simbol ketekunan, kesabaran, dan kekayaan rasa. Biasanya Sekubal disajikan bersama rendang, semur, atau sambal sebagai pelengkap.

Bagi sebagian warga Bandar Lampung, Sekubal tak sekadar makanan, tapi juga representasi dari nilai-nilai kekeluargaan. Proses memasaknya seringkali menjadi ajang berkumpul keluarga, terutama menjelang perayaan hari besar Islam seperti Idul Fitri.
“Rasanya gurih, pulen, dan bikin kangen kampung halaman,” ujar salah satu warga yang turut mempromosikan Sekubal dalam kegiatan bazar UMKM di Bandar Lampung.
Pemerintah daerah dan pelaku UMKM kini juga mulai mengangkat Sekubal ke ranah promosi wisata kuliner lokal. Diharapkan, Sekubal tak hanya dikenal oleh masyarakat lokal, tetapi juga dapat menjadi ikon kuliner Lampung di kancah nasional.
Melalui pelestarian makanan tradisional seperti Sekubal, budaya Lampung tidak hanya diingat, tetapi juga terus hidup dari generasi ke generasi.